SITI
NURLAELA
8105123348
Pendidikan
Administrasi Perkantoran Reguler 2012
KEPEMIMPINAN
1.
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki
kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk
bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau
beberapa tujuan. Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
2.
Tiga aliran teori tentang gaya kepemimpinan
1) Teori
Genetis (Keturunan)
Inti dari
teori ini menyatakan bahwa “Leader are born and not made” (pemimpin itu
dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan apapun
seseorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia
dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin. Pemimpin
tipe ini merupakan pemimpin yang sudah memiliki bakat di dalam dirinya jiwa
memimpin. Tanpa memerlukan pembelajaran kepemimpinan, seseorang ini memiliki
jiwa kepemimpinan yang dimiliki dirinya yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
2) Teori
Sosial
Inti aliran
teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu
dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti
teori genetika. Para penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang bisa
menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup. Selain
itu seseorang perlu diberikan kesempatan untuk mengeksplor jiwa kepemimpinan
yang belum terasah.
3) Teori
Ekologis
Teori
ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi
pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut
kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman
yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang
telah dimilikinya. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori
terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati
kebenaran.
3.
Menurut Hadari Nawawi, secara operasional
dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi
Instruktif.
Pemimpin
berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana
(cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan
melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan
dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah
melaksanakan perintah. Pemimpin bertugas untuk memberikan instruksi kepada
bawahan.
2. Fungsi
konsultatif.
Pemimpin dapat
menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut
digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan
bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
Pemimpin tak selamanya bertindak sebagai atasan, karena ia perlu berbagi
informasi dan lainnya terhadap bawahan begitupun sebaliknya.
3. Fungsi
Partisipasi.
Dalam menjalankan
fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya,
baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota
kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam
melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan
posisi masing-masing. Dalam menjalankan visi yang dimiliki organisasi, pemimpin
membagi tugas kepada anggotanya agar saling beriringan untuk mencapai tujuan
organisasi.
4. Fungsi
Delegasi
Dalam
menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat
atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang
pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan
melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus
diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan
oleh seorang pemimpin seorang diri.
5. Fungsi
Pengendalian.
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa
kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktivitas anggotanya secara
terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya
tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian,
pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi,
dan pengawasan.
4.
Kepemimpinan Visioner
Pemimipin
visioner adalah pemimpin yang mempunyai suatu pandangan visi misi yang jelas
dalam organisasi, pemimpin visioner sangatlah cerdas dalam megamati suatu
kejadian di masa depan dan dapat menggambarkan visi misinya dengan jelas. Dia
dapat membangkitkan semangat para anggotanya dengan menggunakan motivasinya
serta imajinanasinya, untuk membuat suatu organisasi lebih hidup, menggerakan
semua komponen yang ada dalam organisasi, agar organisasi dapat berkembang.
Karakteristik Pemimpin Visioner
Kepemimpinan
visioner memiliki ciri-ciri yang menggambarkan segala sikap dan perilakunya
yang menunjukkan kepemimpinannya yang berorientasi kepada pencapaian visi, jauh
memandang ke depan dan terbiasa menghadapi segala tantangan dan ressiko.
Diantara cirri-ciri utama kepemimpinan visioner adalah:
1. Berwawasan
ke masa depan : pemimpin visoner mempunyai pandangan yang jelas terhadap suatu
visi yang ingin dicapai, agar organisasi yang dia masuki dapat berkembang.
Sesuai dengan visi yang ingin dia capai
2. Berani
bertindak dalam meraih tujuan, penuh percaya diri, tidak peragu dan selalu siap
menghadapi resiko. Pada saat yang bersamaan, pemimpin visioner juga menunjukkan
perhitungan yang cermat, teliti dan akurat. Dalam memperhitungkan kejadian yang
dianggapnya penting
3. Mampu
menggalang orang lain untuk kerja keras dan kerjasama dalam menggapai tujuan.
Pemimpin visioner adalah sosok pemimpin yang patut dicontoh, dia mau membuat
contoh agar masyarakat sekitar mencontoh dia
4. Mampu
merumuskan visi yang jelas, inspirasional dan menggugah, mengelola ‘mimpi’
menjadi kenyataan : pemimpin visioner sangatlah orang yang mempunyai komitmen
yang kuat terhadap visi diembannya, dia ingin mewujudkan visinya ke dalam suatu
organisasi yang dia masuki.
5. Mampu
mengubah visi ke dalam aksi : dia dapat merumuskan visi kedalam misinya yang
selanjutnya dapat diserap anggota organisasi. Yang dapat menjadikan bahan acuan
dalam setiap melangkah ke depan
6. Berpegang
erat kepada nilai-niliai spiritual yang diyakininya : pemimpin visioner
sangatlah profesionalitas terhadap apa yang diyakini, seperti nilai–nilai luhur
yang ada di bangsa ini. Dia sosok pemimpin yang bisa dijadikan contoh
7. Membangun
hubungan (relationship) secara efektif : pemimpin visioner sangatlah pandai
dalam membangun hubungan antar anggota, dalam hal memotivasi, memberi, membuat
anggotanya lebih maju dan mandiri. Secara tidak langsung hubungan itu akan
terjalin dengan sendirinya. Dia juga tidak malu–malu dalam member reward
dan punnisment terhadap anggotanya, tingkat integritasnya sangatlah tinggi
8. Innovative
dan proaktif : dalam berfikir pemimpin visioner sangatlah kreatif dia mengubah
berfikir konvesional menjadi paradigma baru, dia sangatlah sosok pemimpin yang
kreatif dan aktif. Dia selalu mengamati langkah–langkah ke depan dan isu–isu
terbaru tentang organisasi/instasi.
5.
Untuk menjadikan kepemimpinan yang kuat diperlukan
sumber-sumber kekuatan yang ada dan dimiliki setiap pribadi.
1.
Kekuatan Kepribadian
Untuk
memahami potensi kekuatan kepribadian anda, perlu untuk mengerti dua sumber
utama lainnya, kekuatan peran dan kekuatan pengetahuan. Gambaran di bawah ini
memberikan bagian terbesar kepada kekuatan kepribadian, tetapi akan salah untuk
meremehkan kemungkinan kekuatan dari dua yang lainnya.
2.
Kekuatan Peran
Kekuatan
peran berasal dan kedudukan yang anda pegang. mi bukan kekuatan yang datang dan
pengetahuan atau pengalaman. Ia juga bukan kekuatan yang datang dan sifat-sifat
kepribadian anda. Kekuatan peran berhubungan dengan kedudukan anda lepas dan
siapa yang mendudukinya. Saat seseorang dinaikkan dalam peran seorang penyelia,
ia mendapatkan kekuatan. Kita semua sudah melihat penyalahgunaan kekuatan
peran, bahkan path tingkat yang terendah sekali pun.
3.
Kekuatan Pengetahuan
Kekuatan
pengetahuan berasal dan pengertian akan keterampilan dan teknik yang diperlukan
untuk perilaku efektif dalam suatu peran tertentu. Karena masyarakat kita
menjadi makin teknis dan peran menjadi makin dispesialisasikan, kekuatan
pengetahuan menjadi makin penting.
6.
Tipe & Gaya Kepemimpinan
1)
Otorite/Authoritarian
Otoriter /
Authoritarian adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan
kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian
tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut,
sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Kepemimpinan
otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan
dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai
pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan
kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi
yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua
pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan
pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara
absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku,
(10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
2) Militeristik
Tipe
kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak
menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan
seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3)
sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran
yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari
bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan
dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
3) Paternalistis
Kepemimpinan
paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan
sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia
yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka
bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan
atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk
mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu
bersikap maha tahu dan maha benar.
4) Demokratis
Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga
kelompok.
Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
5) Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
6) Kontingensional
Model kepemimpinan kontingensi dikembangkan oleh Fielder. Fielder dalam Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1995) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bagi sebuah organisasi bergantung pada situasi di mana pemimpin bekerja.
Model kepemimpinan kontingensi dikembangkan oleh Fielder. Fielder dalam Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1995) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bagi sebuah organisasi bergantung pada situasi di mana pemimpin bekerja.
• Menurut
model kepemimpinan ini, terdapat tiga variabel utama yang cenderung menentukan
apakah situasi menguntungkan bagi pemimpin atau tidak. Ketiga variabel utama
tersebut adalah : hubungan pribadi pemimpin dengan para anggota kelompok
(hubungan pemimpin-anggota);
• kadar struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk dilaksanakan (struktur tugas);
• kadar struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk dilaksanakan (struktur tugas);
• dan
kekuasaan dan kewenangan posisi yang dimiliki (kuasa posisi).
7) Laissez Faire
Pada tipe
kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya
dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi
sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab
harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai
simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa
mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu
menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya
diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh
karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
8) Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan
populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan
jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
9) Tipe Kepemimpinan
Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan
tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat
dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi
dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan
birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini
diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen
modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/03/pengertian-pemimpin.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar