Senin, 20 Juli 2015

10 Diving Spot Paling Favorit di Indonesia

10 Diving Spot Paling Favorit di Indonesia
Bagi anda yang menyukai olah raga diving dan sekarang ini tinggal atau berada di Indonesia maka anda merupakan orang yang sangat beruntung sekali. Dimana di Indonesia ini ada banyak sekali spot diving yang bisa anda kunjungi. Mulai dari yang biasa saja hingga spot yang paling baik dan menjadi favorit banyak penyelam. Sebenarnya jika melihat spot baik atau tidak itu tergantung anda, karena itu adalah hal yang subyektif.
Apabila anda hendak mencoba keindahan bawah laut yang ada di Indonesia sebaiknya anda simak daftar 10 diving spot terbaik di Indonesia berikut ini.
  1. Walwao, Raja Ampat
Ini adalah salah satu surga tersembunyi yang ada di tanah air kita. Lokasinya yang berada di Papua Barat membuat Raja Ampat unggul dalam keindahan alam serta keindahan bawah lautnya. Dimana anda bisa mengunjungi Walwo yang menjadi spot diving paling terkenal. Lokasi tepatnya berada di Pulau Waigeo.
Menurut The Nature Conservancy and Conservation Internasional perairan di Raja Ampat sendiri dihuni oleh 75 persen spesies laut yang tersebar di seluruh dunia.
  1. The Canyon, Pulau Weh
Pulau yang satu ini merupakan surga diving bagi anda yang hobi menyelam. Patut untuk anda kunjungi apabila anda ingin memiliki pengalaman yang tidak akan anda lupakan. Salah satu spot paling cantik yang ada di sana adalah The Canyon, yang memiliki pemandangan laut paling cantik diantara spot lainnya.
The Canyon tergolong cukup gelap untuk penyelaman, dimana The Canyon ini merupakan bebatuan yang membentuk sebuah labirin alami. Yang membuat menarik adalah anda bisa menemukan berbagai macam arus tidak menentu. Sensasi dari hal tersebut membuat banyak penyelam menjadikan spot ini favorit mereka. Apabila anda beruntung anda bahkan bisa berjumpa dengan napoleon fish raksasa.
  1. Kepulauan Derawan
Lokasi dari spot yang satu ini berada di Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Terdapat taman laut yang memang sangat cantik sekali, dimana untuk spot yang ada bisa menemukan anda dengan penyu hijau. Spot tersebut berada di pulau Sangalaki. Apabila anda datang pada bulan Juli hingga September maka anda bisa menemukan banyak penyu hijau menemani penyelaman anda, selain itu juga ada beragam biota laut yang bisa anda temukan.
  1. Teluk Kiluan
Teluk ini berada di Kabupaten Tanggamus, Lampung Selatan. Dimana teluk yang satu ini dikenal sebagai tempat migrasi para lumba-lumba mulut botol. Sehingga anda bisa melihat dengan mudah lumba-lumba berkeliaran di Teluk Kiluan kapan saja. Namun jika ingin mendapatkan momen yang baik sebaiknya lakukan diving ketika pagi hari.
Ada beberapa spot diving yang bisa anda temukan di teluk tersebut, pilihan kedalaman yang ada juga cukup beragam. Berbagai karang indah dan beragam biota laut bisa anda temukan dengan menyelam 20 hingga 30 meter. Bahkan di sini anda juga bisa menemukan banyak penyi pada kedalaman tersebut.
  1. Wakatobi Marine Park
Taman Nasional Waktobi menyajikan banyak sekali spot diving, dan yang paling terkenal dan menjadi favorit adalah Wakatobi Marine Park. Dimana anda akan menyelam dengan ditemani sekitar 590 jenis ikan dan 396 jenis terumbu karang tersusun indah memanjakan mata anda. Ikan badut, kuda laut hingga barracuda juga bisa saja mengelilingi anda ketika menyelam.
Bagi Anda pecinta pulau-pulau di Indonesia, dan ingin mengetahui pulau-pulau di Indonesia secara lengkap, Anda bisa langsung saja bergabung di Komunitas Jelajah Pulau di page Facebook, dan juga Anda bisa follow akun twitter @islandnesia untuk informasi lengkap pulau Indonesia. 


Sumber:

Kamis, 12 Maret 2015

Macam-Macam Model Konsep Kurikulum

KAJIAN KURIKULUM
MACAM-MACAM MODEL KONSEP KURIKULUM



Kelompok 4
Cita Citra                      (8105123263)
Marlinah Nurtrisnawati (8105123279)
Rachmat Gumelar         (8105123252)
Raisha Saufa Yutika     (8105123334)
Ramos Aruan                (8105123312)
Siti Nurlaela                  (8105123348)

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN REGULER 2012
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Kurikulum dapat dikategorikan ke dalam empat kategori umum yaitu: humanistic, rekonstruksi social, teknologi dan akademik. Masing-masing kategori memiliki perbedaan dalam hal apa yang harus diajarkan, oleh siapa diajarkan, kapan, dan bagaimana mengerjakannya.
Konsep kurikulum humanistic lebih mengarah pada kurikulum yang dapat memuaskan setiap individu, agar mereka dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan potensi dan keunikan masing-masing. Adapun konsep kurikulum rekonstruksi social tidak sekedar menekankan pada pada minat individu, tetapi juga pada kebutuhan sosialnya. Konsep kurikulum teknologi memberi pandangan bahwa kurikulum harus dibuat sebagai suatu proses teknologi untuk dapat memenuhi keinginan pembuat kebijakan. Konsep kurikulum akademik, di sisi lain dipandang sebagai wahana untuk mengendalikan mata pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kurikulum subject akademis?
2.      Apa pengertian kurikulum humanistic?
3.      Apa pengertian kurikulum rekonstruksi social?
4.      Apa pengertian kurikulum technology?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Agar mahasiswa mampu mengetahui apa itu kurikulum subject  akademis.
2.      Supaya  mahasiswa mampu memahami tentang kurikulum humanistic.
3.      Agar mahasiswa mengetahui kurikulum rekonstruksi social.
4.      Supaya mahasiswa mampu mengerti kurikulum technology.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Model Konsep Kurikulum
Model konsep kurikulum sangat mewarnai pendekatan yang diambil dalam pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model konsep kurikulum merupakan dasar untuk pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan atas konsep-konsep kurikulum yang ada.
Model konsep kurikulum sangat berkaitan dengan aliran pendidikan yang dianut. Aliran pendidikan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1.      Pendidikan klasik, yang menggunakan model konsep kurikulum subjek akademis,
2.      Pendidikan pribadi, yang menggunakan model konsep kurikulum humanistik,
3.      Teknologi pendidikan, yang menggunakan kurikulum teknologi, dan
4.      Pendidikan interaksionis, yang menggunakan model konsep kurikulum rekonstruksi sosial.
Sampai saat ini banyak model kurikulum yang telah dikembangkan oleh para ahli. Pada makalah ini akan kami  kaji empat macam model konsep kurikulum berdasarkan  pada urutan kajian paling tradisional sampai pada kajian yang dianggap cukup modern.


1.      Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah berusaha  menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau yang disiapkan oleh guru. Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya sangat bersifat intelektual, nama-nama mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama dengan nama disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, geografi, matematika, ilmu kealaman, sejarah dsb.
Sekurang-kurangnya ada tiga pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek akademis yaitu:
a. Melanjutkan pendekatkan struktur pengetahuan.
b. Studi yang bersifat integratif.
c. Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.

1)      Ciri-ciri kurikulum subjek akademis
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri-ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi dan evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Metode yang banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah metode ekspositori dan inquiry. Sedangkan pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis antara lain:
1. Correlated curriculum
2. Unified atau concentrated curriculum
3. Integrated curriculum
4. Problem solving curriculum.
Tentang kegiatan evaluasi kurikulum subject akademis menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
2)      Pemilihan disiplin ilmu.
Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana memilih mata pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Ada beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut yaitu:
1.      Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahuan.
2.      Mengutamakan kebutuhan masyarakat (social utility).
3.      Menekankan pengetahuan dasar.
3)      Penyesuaian mata pelajaran dengan perkembangan anak.
Para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan bahan dengan kemampuan berfikir anak. Mereka umumnya kurang memperhatikan bagaimana siswa belajar dan lebih mengutamakan susunan isi yaitu apa yang diajarkan. Proses belajar yang ditempuh oleh siswa sama pentingnya dengan penguasaan konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi.
Untuk mengatasi kelemahan di atas dalam perkembangan selanjutnya dilakukan beberapa penyempurnaan , pertama untuk mengimbangi penekanannya pada proses berfikir, kedua adanya upaya-upaya untuk menyesuaikan pelajaran dengan  perbedaan individu dan kebutuhan setempat, ketiga pemanfaatan fasilitas dan sumber yang ada pada masyarakat.

2.      Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistic dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistic. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseau (romantic education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak/siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan.
Pendidikan humanistic menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, dan akrab. Oleh karena itu, peran guru yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif.
2. Menghormati individu peserta didik,
3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.

1) Karakteristik kurikulum humanistic.
Kurikulum humanisik mempunyai beberapa karakteristik berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi dan evaluasi. Menurut para humanis kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman atau pengetahuan berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain dan belajar.
Kurikulum humanistic menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dengan murid. Dalam evaluasi kurikulum humanistic berbeda dengan yang biasa. Model lebih mengutamakan proses daripada hasil.

2) Kelemahan kurikulum humanistic.
1. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan individual peserta didik.
2.         Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik, pada kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta didik.
3.         Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.
4.         Dalam kurikulum ini, prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang terhubungkan.

3.      Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum Rekonstruksi social berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerjasama. Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerjasama ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. 
Pandangan rekonstruksi social di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an. Harold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan pengetahuan dan konsep-konsep baru yang diperolehnya dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah social.
Theodore Brameld, pada awal tahun 1950-an menyampaikan gagasannya tentang rekonstruksi social. Dalam masyarakat demokratis, seluruh warga masyarakat harus ikut serta dalam perkembangan dana pembaharuan masyarakat. Untuk melaksanakan hal itu sekolah mempunyai posisi yang cukup penting. Sekolah bukan saja dapat membantu individu mengembangkan kemampuan sosialnya, tetapi juga dapat membantu bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan social.
1)      Desain kurikulum rekonstruksi social
Ciri dari desain kurikulum ini adalah,
a. Asumsi
b. Masalah-masalah social yang mendesak
c. Pola-pola organisasi
2)      Komponen-komponen kurikulum rekonstruksi sosial
a. Tujuan dan isi kurikulum
b. Metode
c. Evaluasi

Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum ini antara lain melibatkan,
1.      Survey kritis terhadap suatu masyarakat
2.      Study yang melihat hubungan antara ekonomi local dengan ekonomi nasional atau internasional
3.      Studi pengaruh sejarah dan kecenderungan situasi ekonomi local
4.      Uji coba kaitan praktik politik dengan perekonomian
5.      Berbagai pertimbangan perubahan politik
6.      Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya

4.    Kurikulum Teknologi
Di kalangan pendidikan, teknologi sudah dikenal dalam bentuk pembelajaran berbasis komputer, sistem pembelajaran individu, kaset atau video pembelajaran. Banyak pihak yang kurang menyadari bahwa teknologi sangat membantu menganalisi masalah kurikulum, dalam hal pembuatan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan instruksional.
Persepektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas  program metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan. Teknologi mempengaruhi kurikulum dalam dua cara yaitu aplikasi dan teori.
Pada tahun 1960, B. F. Skimmer menganjurkan efesiensi dalam belajar, yaitu cara mengajar yang memberikan lebih banyak subjek kepada peserta didik. Efesiensi ini adalah tahapan belajar melalui terminal perilaku tertentu. Berdasarkan hal ini, teknologi mengembangkan aturan-aturan untuk membangun kurikulum dalam bentuk latihan terprogram.
Ciri-ciri kurikulum teknologis
a.          Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk perilaku.
b.          Metode. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respon yang diharapkan maka respon tersebut diperkuat.
c.          Organisasi bahan ajar. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan suatu kompetensi.
d.         Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit ataupun semester.
Teknologi berperan dalam meningkatkan kualitas kurikulum, dengan memberi kontribusi mengenai keefektifan intruksional, tahapan intruksional, dan memantau perkembangan peserta didik. Oleh karenanya sangat beralasan bahwa dewasa ini semakin banyak kurikulum efektif yang selaras dengan perkembangan teknologi. Meskipun biaya yang dikeluarkan dalam pengembangan kurikulum teknologi ini cukup besar, tapi sebanding dengan nilai yang didapat dan pembelajaran bagi para siswa saat model ini diterapkan.
Salah satu kelemahan kurikulum teknologi ini adalah kurangnya perhatian pada penerapan dan dinamika inovasi. Model teknologi ini hanya menekankan pengembangan efektifitas produk saja, sedangkan perhatian untuk mengubah lingkungan yang lebih luas, seperti organisasi sekolah, sikap guru, dan cara pandang masyarakat sangat kurang.
DAFTAR PUSTAKA

Tasrif, Akib. 2012. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum SD. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar
Hernawan, Susilana. 2012. Pengembangan Kurikulum dan Pembeajaran. Jakarta: Universitas terbuka
http://murniasihmu.wordpress.com/2011/12/31/model-konsep-kurikulum/

Kamis, 19 Februari 2015

TUGAS 1 KEPEMIMPINAN



SITI NURLAELA
8105123348
Pendidikan Administrasi Perkantoran Reguler 2012
KEPEMIMPINAN

1.             Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

2.             Tiga aliran teori tentang gaya kepemimpinan
1) Teori Genetis (Keturunan)
Inti dari teori ini menyatakan bahwa “Leader are born and not made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan apapun seseorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin. Pemimpin tipe ini merupakan pemimpin yang sudah memiliki bakat di dalam dirinya jiwa memimpin. Tanpa memerlukan pembelajaran kepemimpinan, seseorang ini memiliki jiwa kepemimpinan yang dimiliki dirinya yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
2) Teori Sosial
Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup. Selain itu seseorang perlu diberikan kesempatan untuk mengeksplor jiwa kepemimpinan yang belum terasah.
3) Teori Ekologis
Teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran.

3.             Menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah. Pemimpin bertugas untuk memberikan instruksi kepada bawahan.
2. Fungsi konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin tak selamanya bertindak sebagai atasan, karena ia perlu berbagi informasi dan lainnya terhadap bawahan begitupun sebaliknya.
3. Fungsi Partisipasi.
Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing. Dalam menjalankan visi yang dimiliki organisasi, pemimpin membagi tugas kepada anggotanya agar saling beriringan untuk mencapai tujuan organisasi.
4. Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.
5. Fungsi Pengendalian.
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

4.             Kepemimpinan Visioner
Pemimipin visioner adalah pemimpin yang mempunyai suatu pandangan visi misi yang jelas dalam organisasi, pemimpin visioner sangatlah cerdas dalam megamati suatu kejadian di masa depan dan dapat menggambarkan visi misinya dengan jelas. Dia dapat membangkitkan semangat para anggotanya dengan menggunakan motivasinya serta imajinanasinya, untuk membuat suatu organisasi lebih hidup, menggerakan semua komponen yang ada dalam organisasi, agar organisasi dapat berkembang.

Karakteristik Pemimpin Visioner
Kepemimpinan visioner memiliki ciri-ciri yang menggambarkan segala sikap dan perilakunya yang menunjukkan kepemimpinannya yang berorientasi kepada pencapaian visi, jauh memandang ke depan dan terbiasa menghadapi segala tantangan dan ressiko. Diantara cirri-ciri utama kepemimpinan visioner adalah:
1.      Berwawasan ke masa depan : pemimpin visoner mempunyai pandangan yang jelas terhadap suatu visi yang ingin dicapai, agar organisasi yang dia masuki dapat berkembang. Sesuai dengan visi yang ingin dia capai
2.      Berani bertindak dalam meraih tujuan, penuh percaya diri, tidak peragu dan selalu siap menghadapi resiko. Pada saat yang bersamaan, pemimpin visioner juga menunjukkan perhitungan yang cermat, teliti dan akurat. Dalam memperhitungkan kejadian yang dianggapnya penting
3.      Mampu menggalang orang lain untuk kerja keras dan kerjasama dalam menggapai tujuan. Pemimpin visioner adalah sosok pemimpin yang patut dicontoh, dia mau membuat contoh agar masyarakat sekitar mencontoh dia
4.      Mampu merumuskan visi yang jelas, inspirasional dan menggugah, mengelola ‘mimpi’ menjadi kenyataan : pemimpin visioner sangatlah orang yang mempunyai komitmen yang kuat terhadap visi diembannya, dia ingin mewujudkan visinya ke dalam suatu organisasi yang dia masuki.
5.      Mampu mengubah visi ke dalam aksi : dia dapat merumuskan visi kedalam misinya yang selanjutnya dapat diserap anggota organisasi. Yang dapat menjadikan bahan acuan dalam setiap melangkah ke depan
6.      Berpegang erat kepada nilai-niliai spiritual yang diyakininya : pemimpin visioner sangatlah profesionalitas terhadap apa yang diyakini, seperti nilai–nilai luhur yang ada di bangsa ini. Dia sosok pemimpin yang bisa dijadikan contoh
7.      Membangun hubungan (relationship) secara efektif : pemimpin visioner sangatlah pandai dalam membangun hubungan antar anggota, dalam hal memotivasi, memberi, membuat anggotanya lebih maju dan mandiri. Secara tidak langsung hubungan itu akan terjalin  dengan sendirinya. Dia juga tidak malu–malu dalam member reward dan punnisment terhadap anggotanya, tingkat integritasnya sangatlah tinggi
8.      Innovative dan proaktif : dalam berfikir pemimpin visioner sangatlah kreatif dia mengubah berfikir konvesional menjadi paradigma baru, dia sangatlah sosok pemimpin yang kreatif dan aktif. Dia selalu mengamati langkah–langkah ke depan dan isu–isu terbaru tentang organisasi/instasi.

5.             Untuk menjadikan kepemimpinan yang kuat diperlukan sumber-sumber kekuatan yang ada dan dimiliki setiap pribadi.
1.      Kekuatan Kepribadian
Untuk memahami potensi kekuatan kepribadian anda, perlu untuk mengerti dua sumber utama lainnya, kekuatan peran dan kekuatan pengetahuan. Gambaran di bawah ini memberikan bagian terbesar kepada kekuatan kepribadian, tetapi akan salah untuk meremehkan kemungkinan kekuatan dari dua yang lainnya.
2.      Kekuatan Peran
Kekuatan peran berasal dan kedudukan yang anda pegang. mi bukan kekuatan yang datang dan pengetahuan atau pengalaman. Ia juga bukan kekuatan yang datang dan sifat-sifat kepribadian anda. Kekuatan peran berhubungan dengan kedudukan anda lepas dan siapa yang mendudukinya. Saat seseorang dinaikkan dalam peran seorang penyelia, ia mendapatkan kekuatan. Kita semua sudah melihat penyalahgunaan kekuatan peran, bahkan path tingkat yang terendah sekali pun.
3.      Kekuatan Pengetahuan
Kekuatan pengetahuan berasal dan pengertian akan keterampilan dan teknik yang diperlukan untuk perilaku efektif dalam suatu peran tertentu. Karena masyarakat kita menjadi makin teknis dan peran menjadi makin dispesialisasikan, kekuatan pengetahuan menjadi makin penting.

6.             Tipe & Gaya Kepemimpinan
1)      Otorite/Authoritarian
Otoriter / Authoritarian adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

2)      Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
3)      Paternalistis
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

4)      Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
5)      Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.

6)      Kontingensional
Model kepemimpinan kontingensi dikembangkan oleh Fielder. Fielder dalam Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1995) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bagi sebuah organisasi bergantung pada situasi di mana pemimpin bekerja.
• Menurut model kepemimpinan ini, terdapat tiga variabel utama yang cenderung menentukan apakah situasi menguntungkan bagi pemimpin atau tidak. Ketiga variabel utama tersebut adalah : hubungan pribadi pemimpin dengan para anggota kelompok (hubungan pemimpin-anggota);
• kadar struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk dilaksanakan (struktur tugas);
• dan kekuasaan dan kewenangan posisi yang dimiliki (kuasa posisi).

7)      Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
8)      Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
9)      Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.

http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/03/pengertian-pemimpin.html