KAJIAN
KURIKULUM
MACAM-MACAM
MODEL KONSEP KURIKULUM
Kelompok
4
Cita Citra (8105123263)
Marlinah Nurtrisnawati (8105123279)
Rachmat Gumelar (8105123252)
Raisha Saufa Yutika (8105123334)
Ramos Aruan (8105123312)
Siti Nurlaela (8105123348)
PENDIDIKAN ADMINISTRASI
PERKANTORAN REGULER 2012
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kurikulum dapat dikategorikan ke dalam empat kategori umum yaitu: humanistic, rekonstruksi social, teknologi dan
akademik. Masing-masing kategori memiliki perbedaan dalam hal apa yang harus
diajarkan, oleh siapa diajarkan, kapan, dan bagaimana mengerjakannya.
Konsep kurikulum humanistic lebih mengarah
pada kurikulum yang dapat memuaskan setiap individu, agar mereka dapat
mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan potensi dan keunikan masing-masing. Adapun konsep kurikulum
rekonstruksi social tidak
sekedar menekankan pada pada minat
individu, tetapi juga pada kebutuhan sosialnya. Konsep kurikulum teknologi
memberi pandangan bahwa kurikulum
harus dibuat sebagai suatu proses teknologi untuk dapat memenuhi keinginan
pembuat kebijakan. Konsep kurikulum akademik, di sisi lain dipandang sebagai
wahana untuk mengendalikan mata pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta
didik.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian kurikulum subject akademis?
2. Apa
pengertian kurikulum humanistic?
3. Apa
pengertian kurikulum rekonstruksi social?
4. Apa
pengertian kurikulum technology?
C.
Tujuan Penulisan
1. Agar
mahasiswa mampu mengetahui apa itu kurikulum subject akademis.
2. Supaya
mahasiswa mampu memahami tentang kurikulum humanistic.
3. Agar
mahasiswa mengetahui kurikulum rekonstruksi
social.
4. Supaya
mahasiswa mampu mengerti kurikulum technology.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Model
Konsep Kurikulum
Model konsep kurikulum sangat mewarnai pendekatan yang
diambil dalam pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model konsep
kurikulum merupakan dasar untuk pengembangan kurikulum. Atau
dengan kata lain, pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan atas
konsep-konsep kurikulum yang ada.
Model konsep kurikulum sangat berkaitan dengan aliran pendidikan
yang dianut. Aliran pendidikan dapat dibedakan menjadi
empat, yaitu:
1.
Pendidikan
klasik, yang menggunakan model konsep kurikulum subjek akademis,
2.
Pendidikan
pribadi, yang menggunakan model konsep kurikulum humanistik,
3.
Teknologi
pendidikan, yang menggunakan kurikulum teknologi, dan
4.
Pendidikan
interaksionis, yang menggunakan model konsep kurikulum rekonstruksi sosial.
Sampai saat ini banyak model kurikulum yang telah
dikembangkan oleh para ahli. Pada makalah ini akan kami kaji empat macam
model konsep kurikulum berdasarkan pada urutan kajian paling tradisional
sampai pada kajian yang dianggap cukup modern.
1.
Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum
ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang
berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar
isi pendidikan yang diberikan atau yang disiapkan oleh guru. Karena kurikulum
sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya sangat bersifat intelektual,
nama-nama mata pelajaran
yang menjadi isi kurikulum hampir
sama dengan nama disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, geografi,
matematika, ilmu kealaman, sejarah dsb.
Sekurang-kurangnya
ada tiga pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek akademis yaitu:
a. Melanjutkan
pendekatkan struktur pengetahuan.
b. Studi
yang bersifat integratif.
c. Pendekatan
yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
1) Ciri-ciri
kurikulum subjek akademis
Kurikulum
subjek akademis mempunyai beberapa ciri-ciri berkenaan dengan tujuan, metode,
organisasi isi dan evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian
pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses
penelitian. Metode yang banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah
metode ekspositori dan inquiry. Sedangkan pola organisasi isi (materi
pelajaran) kurikulum subjek akademis antara lain:
1. Correlated curriculum
2. Unified atau concentrated
curriculum
3. Integrated curriculum
4. Problem solving curriculum.
Tentang
kegiatan evaluasi kurikulum subject akademis menggunakan bentuk evaluasi yang
bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
2) Pemilihan
disiplin ilmu.
Masalah besar yang dihadapi oleh
para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana memilih mata
pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Ada beberapa saran untuk mengatasi
masalah tersebut yaitu:
1. Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh
dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan
pengetahuan.
2. Mengutamakan
kebutuhan masyarakat (social utility).
3. Menekankan
pengetahuan dasar.
3) Penyesuaian
mata pelajaran dengan perkembangan anak.
Para
pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan penyusunan bahan secara
logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan bahan dengan kemampuan
berfikir anak. Mereka umumnya
kurang memperhatikan bagaimana siswa belajar dan lebih mengutamakan
susunan isi yaitu apa yang diajarkan. Proses belajar yang ditempuh oleh siswa
sama pentingnya
dengan penguasaan konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi.
Untuk
mengatasi kelemahan di atas
dalam perkembangan selanjutnya dilakukan beberapa
penyempurnaan , pertama untuk mengimbangi penekanannya pada proses berfikir,
kedua adanya upaya-upaya untuk
menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individu dan kebutuhan setempat,
ketiga pemanfaatan fasilitas dan sumber yang ada pada masyarakat.
2.
Kurikulum Humanistik
Kurikulum
humanistic dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistic. Kurikulum ini
berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (progressive
education) dan J.J Rousseau (romantic education). Aliran
ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka
bertolak dari asumsi bahwa anak/siswa adalah yang pertama dan utama dalam
pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan.
Pendidikan
humanistic menekankan peranan siswa. Pendidikan
merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, dan
akrab. Oleh karena itu, peran guru
yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Mendengar
pandangan realitas peserta didik secara komprehensif.
2. Menghormati
individu peserta didik,
3. Tampil
alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.
1) Karakteristik
kurikulum humanistic.
Kurikulum
humanisik mempunyai beberapa karakteristik berkenaan dengan tujuan, metode,
organisasi isi dan evaluasi. Menurut para humanis kurikulum berfungsi
menyediakan pengalaman atau pengetahuan berharga untuk membantu memperlancar perkembangan
pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi
yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi
kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain dan belajar.
Kurikulum
humanistic menuntut hubungan
emosional yang baik antara guru dengan murid. Dalam evaluasi kurikulum
humanistic berbeda dengan yang biasa. Model lebih mengutamakan proses daripada
hasil.
2) Kelemahan kurikulum
humanistic.
1. Keterlibatan emosional
tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan
individual peserta didik.
2.
Meskipun kurikulum ini
sangat menekankan individu peserta didik, pada kenyataannya di setiap program
terdapat keseragaman peserta didik.
3.
Kurikulum ini kurang
memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.
4.
Dalam kurikulum ini,
prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang terhubungkan.
3. Kurikulum
Rekonstruksi
Sosial
Kurikulum
Rekonstruksi social berbeda
dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian
pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber
pada aliran pendidikan interaksional. Menurut
mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi,
kerjasama. Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan
guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di
lingkungannya, dan dengan
sumber belajar lainnya. Melalui
interaksi dan kerjasama ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang
dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih
baik.
Pandangan
rekonstruksi social di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an. Harold
Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi
kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa
dengan pengetahuan dan konsep-konsep baru yang diperolehnya dapat
mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah social.
Theodore
Brameld, pada awal tahun 1950-an menyampaikan gagasannya tentang rekonstruksi
social. Dalam masyarakat demokratis, seluruh warga masyarakat harus ikut serta
dalam perkembangan dana pembaharuan masyarakat. Untuk melaksanakan hal itu
sekolah mempunyai posisi yang cukup penting. Sekolah bukan saja dapat
membantu individu mengembangkan kemampuan sosialnya, tetapi juga dapat membantu
bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan social.
1) Desain kurikulum rekonstruksi social
Ciri
dari desain kurikulum ini adalah,
a. Asumsi
b. Masalah-masalah social yang
mendesak
c. Pola-pola organisasi
2) Komponen-komponen kurikulum rekonstruksi sosial
a. Tujuan dan isi kurikulum
b. Metode
c. Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan
dalam kurikulum ini antara
lain melibatkan,
1. Survey
kritis terhadap suatu masyarakat
2. Study
yang melihat hubungan antara ekonomi local dengan ekonomi nasional atau internasional
3. Studi
pengaruh sejarah dan kecenderungan situasi ekonomi local
4. Uji
coba kaitan praktik politik dengan perekonomian
5. Berbagai
pertimbangan perubahan politik
6. Pembatasan
kebutuhan masyarakat pada umumnya
4.
Kurikulum Teknologi
Di
kalangan pendidikan, teknologi sudah dikenal dalam bentuk pembelajaran berbasis
komputer, sistem pembelajaran individu,
kaset atau video pembelajaran. Banyak
pihak yang kurang menyadari bahwa teknologi sangat membantu menganalisi masalah
kurikulum, dalam hal pembuatan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan
instruksional.
Persepektif
teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas program metode
dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan. Teknologi mempengaruhi
kurikulum dalam dua cara yaitu aplikasi dan teori.
Pada
tahun 1960, B. F. Skimmer menganjurkan efesiensi dalam belajar, yaitu cara
mengajar yang memberikan lebih banyak subjek kepada peserta didik. Efesiensi ini adalah
tahapan belajar melalui terminal perilaku tertentu. Berdasarkan hal ini,
teknologi mengembangkan aturan-aturan untuk membangun kurikulum dalam bentuk latihan
terprogram.
Ciri-ciri kurikulum
teknologis
a.
Tujuan. Tujuan diarahkan
pada penguasaan kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk perilaku.
b.
Metode. Metode yang
merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi
terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respon yang
diharapkan maka respon tersebut diperkuat.
c.
Organisasi bahan ajar. Bahan
ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu
sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan suatu kompetensi.
d.
Evaluasi. Kegiatan evaluasi
dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit ataupun
semester.
Teknologi
berperan dalam meningkatkan kualitas kurikulum, dengan memberi kontribusi mengenai
keefektifan intruksional, tahapan intruksional, dan memantau perkembangan
peserta didik. Oleh
karenanya sangat beralasan bahwa dewasa ini semakin banyak kurikulum efektif
yang selaras dengan perkembangan
teknologi. Meskipun
biaya yang dikeluarkan dalam pengembangan kurikulum teknologi ini cukup besar,
tapi sebanding dengan nilai yang didapat dan pembelajaran bagi para siswa saat
model ini diterapkan.
Salah
satu kelemahan kurikulum teknologi ini adalah kurangnya perhatian pada
penerapan dan dinamika inovasi. Model teknologi ini hanya menekankan
pengembangan efektifitas produk saja, sedangkan perhatian untuk mengubah
lingkungan yang lebih luas, seperti organisasi sekolah, sikap guru, dan cara
pandang masyarakat sangat kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Tasrif, Akib. 2012. Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum SD. Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar
Hernawan, Susilana. 2012. Pengembangan
Kurikulum dan Pembeajaran. Jakarta: Universitas
terbuka
http://murniasihmu.wordpress.com/2011/12/31/model-konsep-kurikulum/